Sabtu, 08 November 2014

Pakan Ternak Yang Berasal Dari Pohon Pisang

Ok Langsung aja , Semua Udah Tau Kan Pohon Pisang, pohon yang memili banyak kasiat, 
untuk yang pertama pos saya akan berbagi tentang Makalah Pakan Ternak Yang Berasal Dari Pohon Pisang
, untuk menambah sedikit pengetahuan teman-teman,  Ok Teman-teman bisa langsung lihat

Karya Ilmiah
PTK 113. PENGETAHUAN BAHAN PAKAN



PAKAN YANG BERASAL DARI TANAMAN PISANG

Anggota Tim :
1.    Vicky Afendra        Bp 1410621010
2.    Tiara Amalia Sari        Bp 1410622004
3.    Cintami Kartika Sari    Bp 1410622036







FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
SEMESTER GANJIL 2014/2015
KAMPUS II PAYAKUMBUH





BAGIAN I
PENGERTIAN TANAMAN PISANG
    Tanaman pisang adalah tanaman yang kebanyakan ditemukan di daerah tropis lembab dimana mereka digunakan sebagai makanan pokok bagi manusia. Tanaman ini merupakan tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di Indonesia (Bery Satria H danYusuf Ahda, 1994).
BAGIAN II
RUANG LINGKUP BAHAN
2.1. Jenis Bahan Pakan yang Berasal dari Tanaman Pisang
  2.1.1. Daun Pisang
    Daun pisang adalah daun dari pohon pisang yang digunakan sebagai buatan dekoratif pada berbagai kegiatan keagamaan atau sebagai bahan pelengkap dalam kuliner (Santoso, 1987).

2.1.2. Kulit Buah Pisang
    Kulit buah pisang merupakan limbah dari industri pengolahan buah pisang. Pengolahan pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira sepertiga dari buah pisang yang belum dikupas (Munadjim, 1983).

2.1.3. Batang Pisang
    Batang pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, batang pisang juga dapat digunakan sebagai bahan obat.

2.1.4.Buah Pisang
    Buah pisang merupakan bagaian dari tanaman pisang yang hampir semuanya memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam (Wikipedia, 2014).

BAGIAN III
URAIAN LENGKAP SETIAP JENIS PAKAN TANAMAN PISANG

3.1. Daun Pisang
3.1.1. Pengertian
    Daun pisang adalah daun dari pohon pisang yang digunakan sebagai bahan dekoratif pada berbagai kegiatan keagamaan atau sebagai bahan pelengkap dalam kuliner (Santoso, 1987). Daun pisang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Daun Pisang

    Daun pisang mengandung polifenol dalam jumlah besar seperti daun teh, berbentuk EGCG (Epigallocatechin gallate), sehingga menghasilkan aroma yang khas ketika menjadi bahan pelengkap makanan.

3.1.2. Proses Produksi
    Bagian tanaman pisang yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak salah satu nya adalah daun pisang. Pemanfaatannya bisa langsung diberikan pada ternak dan dapat juga dibuat dalam bentuk tepung terlebih dahulu. Menurut Trisaksono (1994) cara pembuatan tepungnya adalah sebagai berikut:
1.    Daun segar dipotong dari pohonnya.
2.    Pisahkan dari pelepahnya.
3.    Keringkan daun pisang dengan sinar matahari empat sampai dengan tujuh hari.
4.    Dan digiling hingga halus.

3.1.3. Kandungan Zat Makanan
    Kandungan Zat Makanan yang terdapat pada daun pisang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Pada Daun Pisang
No    Bahan    Persentase (%)
1.    Bahan Kasar    94,6
2.    Protein Kasar    5,79
3.    Lemak Kasar    6,06
4.    Serat Kasar    34,05
5.    Nutrisi yang dapat Dicerna    73,5
Sumber : Susilowati, 1997

3.1.4. Zat Anti Nutrisi
Zat anti nutrisi yang terkandung dalam daun pisang adalah mempunyai kandungan lignin mencapai 12% (Siti Qatimah, 2000). Rendahnya pencernaan bahan kering tanaman pisang 42% kemungkinan terkait dengan kadar lignin dan tannin.
Tingkat pencernaan, konsumsi dan efisiensi penggunaan nutrisi bahan pakan asal limbah atau hasil sisa tanaman dipengaruhi oleh tingkat kandungan berbagai senyawa kimiawi yang bersifat penghambat (inhibitor). Senyawa lain yang menjadi penghambat adalah kutin, karena mempersulit penetrasi, dan kolonisasi oleh mikrobia rumen yang berakibat pada semakin lambatnya fermentasi (Van Soest, 1982).

3.1.5. Keunggulan Daun Pisang
    Keunggulan daun pisang adalah daun pisang dapat digunakan sebagai bahan pakan dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan ayam petelur (Santoso, 1987). Keunggulan selanjutnya adalah mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah (Sumatera Barat).
   
3.1.6. Kelemahan Daun Pisang
    Kelemahan daun pisang adalah adanya faktor pembatas yaitu kandungan tannin. Ada 2 golongan tannin didalam daun pisang yaitu tannin yang bebas yang dapat menyebabkan rasa pahit dan tannin tidak bebas yang sedikit pengaruhnya terhadap palatabilitas. Tannin merupakan polimer fenol yang dapat menurunkan palatabilitas, menghambat kerja enzim dan mempunyai kemampuan untuk mengikat protein. Pada unggas, tannin menyebabkan kejadian penurunan konsumsi selain itu juga mengurangi daya cerna protein karena menghambat aktivitas enzim proteolitik, khususnya tripsin. Tannin juga menyebabkan retensi nitrogen tertekan dan mengakibatkan penurunan daya cerna asam amino (Santoso, 1987).

3.2. Kulit Buah Pisang
3.2.1. Pengertian
    Kulit buah pisang merupakan salah satu limbah pertanian yang belum digunakan secara maksimal. Kulit buah pisang juga merupakan limbah dari industri pengolahan buah pisang. Pengolahan buah pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup banyak jumlahnya yaitu  kira-kira sepertiga dari buah pisang yang belum dikupas (Munadjim, 1983). Kulit pisang dapat dilihat pada Gambar 2.


Gambar 2. Kulit Pisang

3.2.2. Proses Produksi
    Proses produksi pada kulit pisang yaitu dengan mengubah kulit pisang menjadi tepung kulit pisang yang lebih mudah dimanfaatkan. Dengan proses ini, kulit pisang yang hanya dianggap sebagai limbah, memiliki nilai guna yang lebih besar dan nilai ekonomi yang tinggi.
Dalam pembuatan tepung kulit pisang bahan utama yang diperlukan adalah kulit pisang, kulit pisang dapat diperoleh dari berbagai jenis buah pisang. Metode pembuatan tepung yang digunakan adalah metode pemanasan kering dan penggilingan. Cara pembuatan tepung kulit pisang menurut Siti Qatimah (2000) adalah sebagai berikut:
1.    Mencuci kulit pisang. Proses ini dilakukan untuk membersihkan kulit pisang dari kotoran-kotoran yang menempel pada kulit pisang. Proses pembersihan ini dapat dilakukan menggunakan air biasa.
2.    Merendam kulit pisang dengan larutan natrium triosulfat. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan kulit pisang yang mudah dipotong dalam ukuran kecil.
3.    Memotong kulit pisang menjadi potongan kecil. Proses ini dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan kulit pisang. Kulit pisang dapat dipotong dengan ukuran 0,5 – 1 cm.
4.    Mengeringkan kulit pisang. Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam kulit pisang. Proses pengeringan ini dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu pengeringan dengan sinar/panas matahari ataupun dengan menggunakan oven. Bila menggunakan sinar/panas matahari dapat memakan waktu hingga 2 hari, sedangkan dengan menggunakan oven hanya membutuhkan waktu maksimal 2 jam.
5.    Menggiling kulit pisang. Kulit pisang yang sudah kering dapat digiling dengan menggunakan alat penggiling untuk mendapatkan kulit pisang dalam bentuk tepung. Bentuk tepung memudahkan ternak unggas untuk mengkonsumsi kulit pisang. Selain itu, bentuk tepung juga memudahkan peternak untuk memodifikasi bentuk untuk pemberian pada ternaknya sendiri.
6.    Mengayak tepung kulit pisang. Proses ini dilakukan untuk memisahkan antara tepung kulit pisang dalam bentuk serbuk dengan kulit pisang berbentuk butiran. Selain itu proses ini memudahkan peternak dalam pemberian tepung kulit pisang ke hewan ternak.
7.    Mengemas tepung kulit pisang. Tepung kulit pisang yang kadar airnya sudah berkisar antara 10%-14% dapat segera dikemas untuk dipasarkan. Selain untuk dipasarkan, proses ini dilakukan untuk menyimpan tepung kulit pisang agar tidak mengalami penurunan kualitas. Proses ini dapat dilakukan maupun tidak. Proses ini dapat dilakukan jika produsen tepung kulit pisang akan memasarkan tepung kulit pisang di daerah yang jauh dari lokasi produksi, selain itu jika produsen tepung kulit pisang ingin menimbun atau menyediakan persediaan tepung kulit pisang bagi ternaknya sendiri. Bisa juga tidak dilakukan jika produsen tepung kulit pisang ingin langsung memberikannya pada ternak.

3.2.3. Kandungan Zat Makanan
    Kandungan Zat Makanan yang terdapat pada kulit pisang dapat dilihat pada Tabel 2.


Tabel 2. Kandungan Zat Gizi pada Kulit Pisang
No    Nama Gizi    Jumlah
1.    Energi    108 kalori
2.    Protein    1,3 gr
3.    Lemak    0,3 gr
4.    Karbohidrat    28,2 mg
5.    Kalsium    21 mg
6.    Phospor    59 mg
7.    Fe    0,4 mg
8.    Vitamin A    0,12 mg
9.    Vitamin B1    0,06 mg
10.    Vitamin C    17 mg
11.    Air    70,65 gr
Sumber : Sulfahn, (2008)

Tabel 3.Analisis Kandungan Zat Makanan Pada Kulit Pisang
No    Komponen    Masak    Mentah    Silase
1.        Bahan Kering (BK)*    16    14.0    12,79
2.        Szerat Kasar (SK)*    13    10,1    8,12
3.        BETN*    56,8    60,7    62,98
4.        Lemak Kasar    6,0    10,7    9,16
5.        Protein Kasar (PK)    7,7    7,8    9,53
6.        Abu    16,5    10,7    10,21
7.        KcPK    22    33,8    36,45
8.        ME (M.Kal/kg)    2,2    2,5    2,45
Sumber : 1 dan 2 Gohl (1981); 3.Susilowati (1997) *) berdasarkan 100 %
BK.

Tabel 4.Kandungan Gizi Limbah Kulit Pisang Dengan Proses Fermentasi
No.    Hasil Analisa    Presentae (%)
1.    Protein kasar    14,88
2.    Lemak    7,0
3.    Abu    23,86
4.    Serat kasar    11,47
5.    Ca    0,86
6.    P    0,41
Sumber : Laboratorium Balitnak Ciawi Bogor, 2004

Tabel 5. Kandungan Gizi Pada  Kulit Pisang Segar
No    Hasil Analisa    Persentase (%)
1.    Protein kasar    6,56
2.    Lemak    6,7
3.    Serat kasar    15,32
4.    Abu    11,15
Sumber : Abdurrays Ambar Karto. Balitnak Ciawi Bogor, 1995.

3.2.4. Zat Anti Nutrisi
    Zat anti nutrisi pada kulit pisang berupa tannin antara 4,79% (Tartrakoon et al, 1999). Tannin merupakan senyawa polifenol dengan karakteristik yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan beberapa molekul seperti protein dan kalsium. Keberadaan tannin dapat menurunkan pencernaan protein maupun kalsium, serta menyebabkan tingkat absorbsi kedua komponen gizi tersebut didalam tubuh rendah, sehingga kalsium yang dapat diretensi oleh tubuh sedikit dan diposisi protein dan kalsium dalam daging maupun tulang juga rendah (Suci dan Setiyanto, 2001).

3.2.5. Kelemahan
    Kelemahan kulit pisang adalah adanya zat anti nutrisi berupa tannin. Pada ayam Arab zat anti nutrisi bisa mengganggu komponen makanan sebelum diserap selama proses pencernaan di dalam makanan dan setelah diabsorbsi oleh tubuh. Zat anti nutrisi juga menimbulkan efek toksin secara tidak langsung yang menyebabkan kekurangan nutrisi serta menganggu kegunaan zat makanan oleh tubuh ternak, hal ini dapat mempengaruhi konsumsi pakan sehingga menurunnya Hen Day Production (HDP). Zat anti nutrisi dapat menurunkan palatabilitas karena mempunyai rasa pahit.

3.2.6. Keunggulan
    Keunggulan dari pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan pakan adalah dapat meningkatkan nilai gunanya yang semula hanya limbah yang disepelekan, ternyata memiliki kasiat yang begitu tinggi. Kulit pisang mengandung nutrisi yang bermanfaat untuk kebutuhan nutrisi ternak. Penelitian dilakukan Someya et al., (2002) membuktikan bahwa pada kulit pisang mengandung aktivitas antioksidan yang tinggi dibandingkan dengan dagingnya. Senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit pisang merupakan golongan senyawa flavonoid dan saponin.
    Di dalam kulit pisang terkandung nutrisi bermanfaat yang dapat mempengaruhi imunitas pada tubuh diantaranya protein dan zinc. Kulit pisang yang memiliki warna kuning dan apabila dalam waktu lama berubah menjadi sedikit cokelat kehitaman. Kulit pisang ini dapat diolah menjadi tepung. Manfaat pengolahan kulit pisang menjadi tepung antara lain :
1.    Tahan disimpan.
2.    Lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan.
3.    Lebih praktis untuk di verivikasi produk olah.
4.    Mampu memberikan nilai tambah buah pisang.
5.    Mampu meningkatkan nilai gizi buah melalui proses fortivikasi selama pengolahan.
6.    Menciptakan peluang usaha untuk pengembangan agroindustri pedesaan.

3.3. Batang Pisang
3.3.1. Pengertian
    Batang pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, batang pisang juga dapat digunakan sebagai bahan obat. Batang pisang juga merupakan salah satu hasil ikutan pertanian/perkebunan yang dihasilkan dari tanaman pisang yang telah dipanen yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternative. Batang pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah batang pisang bagian bawah (bongol), tengah dan bagian atas termasuk daunnya, batang pisang mengandung senyawa sekunder dan mineral makro dan mikro yang cukup penting bagi ternak yang bersangkutan, senyawa sekunder seperti tannin pada umunya dalam jumlah yang tidak berlebihan diperlukan sebagai bahan protektor protein kasar mudah larut yang terkandung pada bahan pakan lainya (Meilisa, 2010).
Chuzaimi (1987) menyatakan bahwa Tanaman pisang merupakan tanaman yang tahan pada musim panas karena batang pisangnya memiliki kandungan air yakni antara 80-90%, dengan kadar air yang tinggi menyebabkan batang pisang cepat membusuk apabila tidak segera diproses. Batang pisang dapat dilihat pada Gambar 3.


Gambar 3. Batang Pisang

3.3.2.Proses Produksi
    Proses produksi pembuatan silase batang pisang menurut Santi (2012) yaitu penelitian ini menggunakan batang pisang kepok yang berasal dari Cepego,Boyolali. Batang pisang yang digunakan adalah batang yang telah berbuah kemudian dipotong-potong menjadi 5cm dan dilayukan selama 1-2 hari sampai kadar air 60-70%, silo dan batang pisang yang telah dilayukan ditimbang sebanyak 1000 gram, kemudian ditambahkan akselerator molasses 10% sampai homogen kemudian dimasukkan kedalam silo, dipadatkan dan ditutup dengan rapat menjaga keadaan anaerob didalam silo dan disimpan dalam waktu 21 hari.



3.3.3. Kandungan Zat Makanan
Kandungan Zat Makanan yang terdapat pada batang pisang yaitu  kandungan nutrisi mengandung serat kasar cukup tinggi, lignin yang tinggi dan mengandung kadar air yang tinggi tidak mungkin batang pisang tersebut langsung diberikan pada ternak kambing, butuh diadakan pengolahan bahan pakan ternak berupa batang pisang tersebut agar nutrisinya bagus dan awet, solusinya yaitu menggunakan teknologi silase batang pisang,  penambahan molasses 10%.
Kementerian Pertanian (2012) menyatakan bahwa silase adalah pakan ternak yang masih memiliki kadar air tinggi sebagai hasil pengawetan hijauan makanan ternak atau bahan-bahan lain melalui proses fermentasi yang dibantu oleh jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen) baik dengan penambahan atau tanpa penambahan bahan pengawet.

3.3.4. Zat Anti Nutrisi
Pada batang dan daun pisang mempunyai kandungan lignin mencapai 12% (Siti Qatimah, 2000). Rendahnya pencernaan bahan kering tanaman pisang 42% kemungkinan terkait dengan kadar lignin dan tannin.

3.3.5. Kelemahan
Kelemahan yang dimiliki oleh batang pisang adalah menurut Chuzaimi (1987) tanaman pisang merupakan tanaman yang tahan pada musim panas karena batang pisangnya memiliki kandungan air yakni antara 80-90%, dengan kadar air yang tinggi menyebabkan batang pisang cepat membusuk apabila tidak segera diproses.

3.3.6. Keunggulan   
     Keunggulan yang dimiliki oleh batang pisang adalah mudah didapatkan di daerah pedesaan, karena memiliki kebun tanaman pisang sendiri.

3.4. Buah Pisang
3.4.1. Pengertian
    Buah pisang merupakan bagaian dari tanaman pisang yang hampir semuanya memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam, buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir (Wikipedia, 2014). Buah pisang merupakan bagian tanaman yang paling sering banyak dimanfaatkan dan merupakan bagian utama dari produksi tanaman pisang. Buah pisang sering dijadikan sebagai sumber vitamin dan mineral, buah produk olahan seperti kripik pisang, tepung pisang, selai pisang, sirup pisang, sari pisang, dan berbagai jenis kue.

3.4.2. Proses Produksi
    Proses produksi buah pisang untuk ternak, khususnya ternak unggas bisa langsung diberikan pada ternak, dan bisa juga dicacah terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak. Jumlah buah pisang yang digunakan dalam ransum adalah 25%-40% dari total ransum yang diberikan.

3.4.3. Kandungan Zat Nutrisi
    Kandungan zat nutrisi pada buah pisang dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6. Kandungan Zat Nutrisi Buah Pisang
No.    Kandungan    Nilai Nutrisi    Persentase RDA
1.    Energi    90 Kcal    4.5%
2.    Karbohidrat    22.84 g    18%
3.    Protein    1.09g    2%
4.    Jumlah Lemak    0.33 g    1%
5.    Serat    2.60 g    7%
    Vitamin       
6.    Folat    20 µg    5%
7.    Niacin    0.665 mg    4%
8.    Asam Pantotenat    0.334 mg    7%
9.    Pyridoxine    0.367 mg    28%
10.    Riboflavin    0.073 mg    5%
11.    Thiamin    0.031 mg    2%
12.    Vitamin A    64 IU    2%
13.    Vitamin C    8.7 mg    15%
14.    Vitamin E    0.10 mg    1%
15.    Vitamin K    0.5 µg    1%
    Elektrolit       
16.    Sodium    1 mg    0%
17.    Kalium    358 mg    8%
    Mineral       
19.    Kalsium    5 mg    0.5%
20.    Tembaga    0.078 mg    8%
21.    Besi    0.26 mg    2%
22.    Magnesium    27 mg    7%
23.    Mangan    0.270 mg    13%
24.    Fosfor    22 mg    3%
25.    Selenium    1.0 µg    2%
26.    Zinc    0.15 mg    1%
    Phyto-nutrisi       
27.    Karoten-α    25 µg    –
28.    Karoten-ß    26 µg    –
29.    Lutein-zeaxanthin    22 µg    –
Sumber: Wikipedia, 2011

3.4.4. Zat Anti Nutrisi
    Zat anti nutrisi pada buah pisang adalah adanya kandungan tannin.

3.4.5. Kelemahan
    Kelemahan pemberian buah pisang sebagai pakan ternak adalah  tidak dapat dijadikan sebagai pakan pokok bagi ternak, karena harus bersaing dengan kebutuhan manusia saat ini.

3.4.6. Keunggulan
Keunggulan buah pisang adalah buah pisang sangat mudah ditemukan khususnya di Indonesia, karena buah pisang  hidup di daerah tropis seperti Indonesia.


BAGIAN IV
LOKASI DAN SUMBER HARGA
    Macam-macam daun pisang, batang pisang, buah pisang, dan kulit buah pisang bisa didapatkan di daerah Sumatera Barat, di Indonesia, dan di dunia. Harga disetiap daerah berbeda-beda. Data lengkap disajikan pada  tabel berikut.
  5.1. Harga di Sumatera Barat
    Harga masing-masing bagian dari tanaman pisang di Payakumbuh, Sumatera Barat dan dunia dapat dilihat pada Tabel 7, 8, 9, 10, 11, 12.

Tabel 7. Harga Daun Pisang di Sumatera Barat
No    Jenis Daun Pisang    Lokasi dan Harga Bahan Pakan
        Sumbar    Harga/ kg
1.    Pisang Batu    Payakumbuh    Rp. 3.500,-
        Bukit tinggi    Rp. 3.000,-
        Pariaman    Rp. 5.000,-
2.    Pisang Susu    Payakumbuh    Rp. 2.000,-
        Pariaman    Rp. 2.500,-
        Dharmasraya    -
Sumber :Survey langsung kepada pedagang

Tabel 8. Harga Buah Pisang di Sumatera Barat
No    Jenis Buah Pisang    Lokasi dan Harga
        Sumbar    Harga/buah
1.    Pisang Batu    Payakumbuh    Rp. 500,-
        Bukit tinggi    Rp. 600,-
        Pariaman    Rp. 500,-
        Dharmasraya    Rp. 500,-
2.    Pisang Susu    Payakumbuh    Rp. 100,-
        Pariaman    RP. 100,-
Sumber : Survey langsung kepada pedagang





5.2. Harga di Indonesia

Tabel 9. Harga Daun Pisang
No    Jenis Daun Pisang    Lokasi dan Harga
        Indonesia    Harga/kg
1.    Pisang Batu    Banten*)    Rp. 10.000,-
        Jakarta*)    Rp. 15.000,-
2.    Pisang Ambon    Kalimantan*)    Rp. 7.500,-
           
           
Sumber :1.*) Sumitra, Bojongpandan, (2001) 2.*) Zanzi ,1995

Tabel 10. Harga Buah Pisang
No    Jenis Buah Pisang    Lokasi dan Harga
        Indonesia    Harga/kg
1.    Pisang Monyet    Jakarta*)    Rp. 5.000,-
        Aceh Utara*)    Rp. 5.000,-
2.    Pisang Ambon    Yogyakarta*)    Rp. 15.000,-
        Jawa Timur*)    Rp. 5.800,-
        Jawa Barat*)    Rp. 6.000,-
Sumber :1.*Syafari, Mukhtar, 1993 2.*Sri Widayati, Arion, 1995

  5.3. Harga di Dunia

Tabel 11. Harga Daun Pisang
No    Jenis Daun Pisang    Lokasi dan Harga
        Dunia    Harga/ikat
1.    Pisang Batu    Indonesia    Rp. 12.500
        Malaysia    Rp. 15.000
        Vietnam    Rp. 14.500
Sumber : Yulia Fitri, 1993

Tabel 12. Harga Buah Pisang
No    Jenis Buah Pisang    Lokasi dan Harga
        Dunia    Harga/buah
1.    Pisang Batu    Indonesia    Rp. 5.000
        Malaysia    Rp. 5.500
        Thailand    Rp. 6000
Sumber : Syafari dan Mukhtar(1997)








BAGIAN V
CARA PEMBERIAN PADA TERNAK

5.1. Daun Pisang
5.1.1. Pemberian Pada Ternak
    Pemberian daun pisang pada ternak yaitu dapat dengan dicacah terlebih dahulu dan diberi sedikit garam.

5.1.2.Bentuk dan Jumlah Penggunaan Dalam Ransum
    Bentuk dan jumlah penggunaan daun pisang dalam ransum adalah daun pisang dapat langsung diberikan atau daun pisang dapat difermentasikan dan dibuat dalam bentuk tepung. Tepung daun pisang dapat dicampurkan dengan pakan lainnya seperti jagung giling, dedak, kapur, dan probiotik dengan tujuan unntuk memperbaiki nilai gizi tepung daun pisang. Selanjutnya pakan yang sudah dicampur dapat langsung diberikan kepada ternak ayam buras. Pemberian pakan dapat dilakukan dua kali atau tiga kali sehari (Usman et al., 2002).

5.1.3. Faktor Pembatas
    Faktor pembatas dalam daun pisang yaitu adanya kandungan tannin. Ada 2 golongan tannin didalam daun pisang yaitu tannin yang bebas yang dapat menyebabkan rasa pahit dan tannin tidak bebas yang sedikit pengaruhnya terhadap palatabilitas. Tannin merupakan polimer fenol yang dapat menurunkan palatabilitas, menghambat kerja enzim dan mempunyai kemampuan untuk mengikat protein. Pada unggas, tannin menyebabkan kejadian penurunan konsumsi selain itu juga mengurangi daya cerna protein karena menghamnbat aktivitas enzim proteolitik, khususnya tripsin. Tannin juga menyebabkan retensi nitrogen tertekan dan mengakibatkan penurunan daya cerna asam amino (Santoso, 1987).

5.1.4. Dampak terhadap Performan dan Kualitas Produk Ternak
    Pemberian daun pisang sebanyak 1,5-4,5% dalam ransum menurunkan konsumsi ransum, bobot badan, konsumsi protein dan meningkatkan konversi ransum. Pemberian tepung daun pisang sebanyak 4,5% menurunkan lemak abdominal ayam broiler jantan (Anita et al., 2012).

5.2. Kulit Buah Pisang
5.2.1. Pemberian Pada Ternak
    Pemberian kulit pisang pada ternak dapat dicampur dengan pakan utama, atau kulit pisang dapat dibuat dalam bentuk tepung.

5.2.2. Bentuk dan Jumlah Penggunaan Dalam Ransum
    Bentuk kulit pisang dalam ransum dapat langsung dicampurkan dengan dicacah terlebih dahulu atau dapat juga dalam bentuk tepung dari hasil fermentasi. Jumlah  penggunaan dalam ransum adalah 30% dari total ransum yang diberikan.


5.2.3. Faktor Pembatas
    Faktor pembatas dari kulit pisang adalah adanya kandungan zat anti nutrisi berupa tannin. Tannin merupakan senyawa pilofenol dengan karakteristik yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan beberapa molekul, seperti protein dan kalsium. Keberadaan tannin dapat menurunkan pencernaan protein maupun kalsium, serta menyebabakan tingkat absorbsi kedua komponen gizi tersebut di dalam tubuh rendah, sehingga kalsium yang dapat diretensi oleh tubuh sedikit dan deposisi protein dan kalsium dalam daging maupun tulang juga rendah (Suci dan Setiyanto, 2001). Dan terbatasnya pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan ransum unggas karena rendahnya kandungan protein kasar dan tingginya kandungan serat kasar.

5.2.4. Dampak Terhadap Perfoman dan Kualitas Produk Ternak
    Dampak terhadap perfoman dan kualitas produk ternak adalah penggunaan tepung kulit pisang tanduk sebagai pengganti tepung jagung pada pakan burung puyuh tidak menurunkan kualitas internal telur (volume putih dan volume kuning telur), namun dapat menurunkan Haugh Unit, skor warna kuning telur, dan kandungan kolesterol kuning telur. Penggunaan tepung kulit pisang tanduk hingga level 10% tidak menimbulkan efek negatif terhadap kualitas internal telur burung puyuh (Mega et al., 2008).
    Hernawati et al., (2009) menunjukkan pemberian pakan yang mengandung tepung kulit pisang hingga taraf 30% pada ayam kampung dapat meningkatakan produksi ayam kampung dilihat dari pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, kadar kolesterol dalam serum darah, daging, hati, fases, dan berat organ pencernaan menghasilkan nilai yang cukup baik.

5.3. Batang Pisang
5.3.1. Pemberian pada ternak
Pemberian batang pisang untuk pakan ternak adalah batang pisang dicacah dalam ukuran kecil dan diletakkan di tempat makan ternak. Batang pisang dicacah dan tempat makan ternak dapat dilihat pada Gambar 4.



Gambar 4. Batang Pisang dicacah

5.3.2. Bentuk dan Jumlah Penggunaan Dalam Ransum
    Bentuk dan jumlah penggunaan batang pisang untuk pakan ternak adalah batang pisang yang digunakan untuk pakan ternak harus melalui metode fermentasi yang hanya memerlukan waktu 2-4 jam. Fermentasi gedebog pisang untuk pakan ternak 1x sehari (3x makan) untuk 5 ekor kambing. Caranya yaitu 15 kg gedebog pisang yang dipotong kecil-kecil, 1kg bekatul, 1 sendok makan gula pasir,1 sachet kecap manis, 1 tutup botol SOC (Suplemen Organik Cair)  untuk SOC seharga Rp 100.000 ukuran 500ml bisa dipakai untuk 50 kali proses fermentasi dan air bersih secukupnya untuk melarutkan campuran bahan–bahan yang ada (Marto, 2013).

5.3.3. Faktor Pembatas
    Faktor pembatas pada batang pisang adalah adanya kandungan zat anti nutrisi yaitu tingginya kandungan lignin pada batang pisang dan akan berpengaruh terhadap kerja enzim mikroba dalam mencerna zat-zat makanan di dalam rumen (Sutardi, 1980). Salah satu cara pengolahan yang dapat dilakukan adalah amoniasi dengan menggunakan urea.

5.3.4. Dampak terhadap Performan dan Kualitas Produk Ternak
Dampak terhadap performa dan kalitas produk ternak adalah:
1.    Meningkatkan nafsu makan sehingga penggemukan semakin cepat.
2.    Memperbaiki proses pencernaan.
3.    Lebih kebal terhadap penyakit.
4.    Meningkatkan produksi susu.
5.    Mengurangi bau kotoran dan air kencing.
6.    Kotoran menjadi lebih sedikit karena pakan menjadi tercerna dengan baik.

5.4. Buah Pisang
5.4.1. Pemberian Pada Ternak
    Buah pisang dapat langsung diberikan kepada ternak unggas.

5.4.2. Bentuk dan Jumlah Penggunaan Dalam Ransum
    Bentuk dan jumlah pengunaan buah pisang pada ransum adalah buah pisang dapat langsung diberikan atau dapat dicacah terlebih dahulu. Jumlah penggunaan buah pisang dalam ransum adalah 25-40% dari total ransum yang diberikan.
   
5.4.3. Faktor Pembatas
    Faktor pembatas pada buah pisang adalah adanya kandungan tannin pada buah pisang yang mengganggu proses pencernaan pada unggas dan tannin juga menyebabkan retensi nitrogen tertekan dan mengakibatkan penurunan daya cerna asam amino (Santoso, 1987).

5.4.4. Dampak terhadap Performan dan Kualitas Produk Ternak
    Dampat buah pisang terhadap ternak adalah buah pisang memiliki kandungan zat tiramin adalah zat yang memiliki efek vasoknistriksi vaskuler atau penyempitan pembuluh darah yang secara langsung dapat menyebabkan aliran darah ternak semakin kecil (Nyoman, 2005).


BAB VI
KESIMPULAN

    Tanaman pisang merupakan tanaman yang kebanyakan ditemukan di daerah tropis lembab dimana mereka digunakan sebagai makanan pokok bagi manusia. Tanaman ini merupakan tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di Indonesia (Bery Satria.H dan Yusuf Ahda, 1994). Hampir dari semua bagian tanaman pisang dapat digunakan sebagai pakan ternak, dari daun hingga batangnya. Daun pisang adalah bagian dari salah satu tanaman pisang yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Daun pisang bisa langsung diberikan kepada ternak dengan dicacah terlebih dahulu atau dapat juga dibuat tepung daun pisang. Kulit buah pisang, buah pisang, dan batang pisang juga merupakan bagian dari tanaman pisang yang dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Bagian-bagian tanaman pisang ini dapat langsung diberikan pada ternak, dapat juga dibuat dalam bentuk tepung, atau difermentasikan.
    Banyak manfaat dari bagian tanaman pisang ini sebagai pakan ternak, dari proses pencernaan hingga proses reproduksinya. Akan tetapi bagian-bagian dari tanaman pisang ini masing-masing juga mempunyai zat anti nutrisi sehingga penggunaannya perlu dibatasi.

   


BAGIAN VII
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, U., 1987. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. Bhratara
Karya aksara. Jakarta.

Munadjim, Bsc. 1983. “Teknologi Pengolahan Pisang”, Gramedia, Jakarta.

Trisaksono, A., 1994. Pengaruh tepung daun pisang (musa paradisiaca) dan penambahan enzim sellulase dalam ransum terhadap konsumsi dan konversi pakan itik Mojosari jantan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Soest Van, D.J. 1982. Nutritional Ecology in Ruminant. Ruminant Metabolism. Nutritional Strategies, the Selulolitic Fermentation and Chemistry of Forages and Plant Fibers. Cornell University. Oregon USA.

Qotimah, S. 2000. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang untuk Pakan Unggas.
Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu

Sutardi. T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi, Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gohl, B. 1981. Tropical Feed. Feed Information Summaries and Nutritive Value. Animal Production and Healt Series. FOA 12 : 364 – 366.

Susilowati, I. 1997. Pengaruh Penambahan Tetes dan Urea pada Pembuatan Silase Kulit Pisang (Musa Paradisiaca. L) terhadap Kualitas Silase. Skripsi. Sekolah Tinggi Pertanian Tribhuwana. Malang.

Putra. A. Nyoman. 2005. Memanfaatkan Limbah Kulit Pisang untuk Pakan Unggas.

Usman, Batseba. M. W. Tiro. 2002. Pengkajian Pemanfaatan Tepung Daun Pisang Terhadap Performa Ayam Bauras di Jayapura. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua.
Karto. A. A. 1995. Penggunaan Kulit Pisang Sebagai Pakan Pada Sapi Peranakan Onggol. Balitnak Ciawi. Prosiding. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Hal : 126.
Ujianto. A. 2004. Peluang Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Pakan Ternak. Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor.
Anita. W. Y, Astuti. I, Suharto. 2012. Pengaruh Tepung Daun Teh dalam Ransum Terhadap Performa dan Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Sutardi. T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi, Jilid I. Depertemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Pertanian Institusi Pertanian Bogor. Bogor.
http://www.situs hijau.co.id/tanaman/buah/p.htm#pisang.
http://id.wikipedia.org/wiki/pisang.
http://www.stylecraze.com/articles/amazing-benefit-and-uses-of-using-banana-for-skin-and-hair/.
http://indextrondosoul-farm.blogspot.com/2013/03e/manfaat-batang-pisang-untuk-makanan.html/.